Kamis, 03 Desember 2009

From Psychology to Communication Studies

Siang ini terasa panas. Saya duduk di sebuah cafe kecil. Cafe dengan beragam menu sederhana di sisi timur jalan Kaliurang, Yogyakarta. Sebuah ruas jalan utama di bagian utara kota Yogya yang tidak pernah sepi. Macet setiap hari. Meskipun suhu udara di dalam cafe sangat dingin karena ada tiga unit air conditioner (ac) yang beroperasi, tetap saja nuansa panas merayap pelan. Mungkin itu adalah kenyataan sesungguhnya, atau mungkin juga hanya sekadar efek dari suasana hati saya. Tak pentinglah untuk dibahas dan dianalisa. Lebih baik saya membahas keinginan saya untuk memaparkan ‘utang budi’ kajian komunikasi terhadap ilmu Psikologi. Salah seorang tokoh dan pendekar Psikologi yang ternyata memberikan kontribusi cukup signifikan atas kajian ini adalah Sigmund Freud. Pendiri aliran psikoanalisis ini memberikan sesuatu yang sama sekali tak dia sadari tentang relasi dan interaksi sosial manusia. Saya akan mulai dari sedikit cerita personal tokoh ini.

Sigmund Freud (1856 – 1939) dididik sebagai seorang doktor medis, pendiri profesi psikoanalisis, dan pencipta teori psikoanalisis. Dia bukan seorang penemu dan ilmuwan sosial, namun memiliki pengaruh yang besar dalam ilmu-ilmu sosial. Teori Psikoanalisis memiliki pengaruh kuat dalam psikologi dan memiliki pengaruh luar biasa pada sosiologi, ilmu politik, dan antropologi. Hal ini secara langsung juga mempengaruhi lapangan pemikiran komunikasi melalui tokoh-tokoh aliran kritik (critical school), pada Palo Alto School, seperti Harold D. Lasswell, dan pengaruh berikutnya, melalui Carl I. Hovland.

Kontribusi utama Freud adalah pemikirannya atas konsep ketidaksadaran, yang mempengaruhi kekuatan psikologi dibawah kontrol rasional kita, dan peranan seksualitas dalam pengembangan psikologi individu dari masa kanak-kanak. Pencarian dia terkait dengan masa seksualitas anak meyakini bahwa segala bentuk antagonisme, muncul sebagai sesuatu yang tidak bisa dipersalahkan dan rasa kebebasan seksual setelah masa puber.

Freud adalah salah satu dari tiga sosok yang berpengaruh besar bagi dunia sosial dalam abad 19 di Eropa, seperti halnya yang kemudian terjadi di Amerika. Saat teori evolusi Darwin dan Materialisme Historisnya Marx mencapai level makro dalam masyarakat, Freud hadir dengan sisi mikro individualistiknya, melihat lebih pada tataran individual, terutama sisi individu anak-anak, percobaannya dan analisisnya melahirkan konsep ketidaksadaran, untuk menjelaskan tentang perilaku. Freud menekankan bahwa pengalaman masa kecil menyimpan sesuatu yang nantinya berpengaruh bagi perilaku dewasa. Hal itu menurutnya selalu merupakan suatu pengungkapan ketidaksadaran atas perilaku manusia. Satu hubungan atau bisa disebut kontribusi yang diberikan oleh psikoanalisis pada studi komunikasi adalah kenyataan bahwa satu perhatian penting dalam kajian komunikasi adalah melihat sisi sebaliknya (inside) pada individu terutama faktor apakah yang menjadi pendorong perubahan perilaku, meskipun hal itu tidak semata-mata hanya bisa ditelaah dari sisi teori psikoanalisis saja.

Beberapa studi yang disebutkan Rogers (A History of Communication Study : A Biographical – Approach,1994), notabene menggunakan pendekatan psikoanalisis : seperti penelitian Fritz Heider tentang Balance theory (1946), teori disonansi kognitif dari Leon Festinger (1957), dan elaboration likelihood model atas perubahan sikap dari Petty dan Cacioppo (1981, 1986). Seluruh teori-teori temuan di atas berasumsi pada ketidakseimbangan individu, inkonsistensinya, atau kondisi disonan, penyebab semua itu adalah rasa ketidaktenangan yang ada pada diri individu, yang akhirnya menuju pada terbentuknya perilaku individu tersebut dan perubahannya. Kajian serius atas riset-riset berbasis persuasi yang dilakukan oleh Carl I. Hovland dikembangkan dari teori learning- nya Clark Hull, yang dipengaruhi oleh teori Freudian. Teori Freud juga memiliki pengaruh atas studi psikoanalitis Harold D. Laswell pada studi awal politik, meskipun ini tidak secara langsung berakibat pada riset komunikasi beliau. Dari pemaparan Rogers ini, nampak bahwa kajian-kajian mendasar yang menjadi peletak batu pertama dunia komunikasi, sebenarnya banyak dipengaruhi oleh temuan Freud dalam teori psikoanalisisnya.


Teori psikoanalisis Freudian dikombinasikan dengan Marxisme oleh aliran Frankfurt pada 1930 an dan pada tahun 1940 an memberikan pada kita teori-teori berperspektif kritis dalam teori komunikasi. Aliran kritis memberikan pengaruh pada studi prasangka, dilaporkan dalam “The Authoritarian Personality” oleh Adorno dan yang lainnya (1950), menyajikan sebuah teori psikoanalitis atas investigasi kepribadian dengan menggunakan metode psikologi kuantitatif. Bayang-bayang pemikiran Freud telah menghantui peta dan lintasan studi komunikasi manusia hingga hari ini. Salah satu kajian yang berbasis teori psikoanalisis yang disebutkan Rogers adalah studi Palo Alto Group yang dilakukan oleh Gregory Bateson.

Seperti pengakuan Beteson bahwa Palo Alto group hampir menjadi sebuah gerakan sosial, lingkaran dalam dari sebuah bangun teoritik yang memiliki pandangan bahwa perilaku komunikasi merupakan sebuah tindakan interaksionis. Ketertarikan Beteson atas studi komunikasi telah dia ungkapkan dalam buku pentingnya yang kompleks “Steps to an Ecology of Mind” (1972). Penekanan secara konseptual pada buku itu melihat pada komunikasi individu dalam hubungan eratnya dengan orang lain, yang merefleksikan tesis utama dari Palo Alto Group.

Namun catatan menarik dari Palo Alto group adalah bahwa kelompok ini tidak diorganisir selayaknya sebuah departemen universitas atau suatu paham, berpusat dalam disiplin akademik tertentu, namun lebih sebagai sebuah kumpulan sosok-sosok yang peduli untuk melihat bagaimana sebuah komunikasi bekerja dalam hubungannya dengan problem kesehatan mental, terapi keluarga, dan schizophrenia. Akhirnya kelompok ini memiliki problem orientasi (yang tak memiliki batasan, jika suatu saat dibutuhkan), untuk membongkar fenomena komunikasi manusia sebagai suatu jawaban utama dari semua pertanyaan mereka.

Seperti yang bisa dilihat Rogers, satu pelajaran penting dari studi komunikasi yang dilakukan oleh Palo Alto Group adalah fokusnya pada permasalahan komunikasi seperti halnya yang kita kenal dengan anggapan positif (the presumed positives). Ada kondisi-kondisi dimana komunikasi tidak selalu menghasilkan sesuatu yang linear, sama makna, namun juga kadang muncul ambiguitas di dalamnya. Seperti contoh bahwa studi komunikasi mengenai topik penyingkapan diri (self disclosure) dan keterbukaan (openness) seharusnya diimbangi dengan studi-studi ambiguitas, penipuan (deception), dan taktik berbelit-belit. Penyebabnya adalah dalam kasus-kasus seperti diplomasi, percintaan, dan negosiasi bisnis yang muncul adalah kejadian-kejadian ambigu ketimbang sesuatu yang bersifat langsung dan jelas, serta serba cepat disimpulkan.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati seluruh pemerhati dan pelaku cerdik pandai studi komunikasi mau tidak mau harus mengakui betapa kuatnya pengaruh psikoanalisis yang diprakarsai Freud terhadap kelahiran dan perkembangan kajian ini. Sebuah fakta yang belum tentu disadari dan dimengerti oleh ribuan mahasiswa ilmu komunikasi, entah di Indonesia maupun di dunia. Sudah saatnya kita melihat ilmu komunikasi bukan hanya separangkat keahlian memotret, shooting film, membaca berita, atau sekadar menjadi public relations semata. Sebuah anggapan ‘berbahaya’ yang pada titik akhirnya malah menggelincirkan kajian komunikasi hanya sebagai sebuah praktek keahlian dan penghasil para ‘tukang’. Kajian komunikasi harus berkembang menjadi sebuah disiplin kuat membaca realitas hidup manusia. Pada suatu saat dia akan sejajar dengan Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, Psikologi, dan ilmu-ilmu sosial mapan lainnya ..... semoga .....

Ahh .... siang ini masih tetap terasa panas. Sepanas suasana perdebatan orang-orang akan ramalan hari kiamat tahun 2012. Sebuah perdebatan yang menurut saya nyaris tidak memiliki manfaat apa-apa. Hanya menjadi konsumsi media dan ajang promosi belaka. Ahh ... lagi-lagi panas hati semakin menjadi-jadi .... siang ini memang benar-benar panas ...


Break Cafe, Desember 09

4 komentar:

Astrid Damayanti mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Astrid Damayanti mengatakan...

Alhamdulillah nambah ilmu lagi nih Mas..kaya ikutan short course... great written..!!! (yg pertama dihapus karena ejaan tulisan salah hehehe.. terlalu perfectionist nih..) ok, have a lot of good luck..!!!

HanHarsa mengatakan...

thanks a lot mbak Astrid... Saya harus berjuang menyempat-nyempatkan waktu menulis. Terlalu banyak pekerjaan administratif. Saya juga akan terus berkunjung ke blog mbak ... terus berkarya !Dan jangan lupa presentasi mbak sebagai pamungkas di kelas PR dan Promosi kita he he he ... good luck ....

Astrid Damayanti mengatakan...

Waduuuhhh..kayanya harus siap-siap bawa handuk nih Mas Sulhan..takut kena guyur aqua gelas huahahahaha..anyway, thx a lot for Ur opportunity U've given to me Mas... hehehehe....it means a lot..