Rabu, 16 Juni 2010

Grass Rock dan ‘Hidup’ di Masa Lalu

Mencoba untuk ‘mengingat’ kembali kenangan masa lalu terkadang menciptakan alur energi yang menyejukkan hati. Nama keren-nya sih bernostalgia. Bagi kebanyakan orang, kata bernostalgia mungkin berkonotasi negatif. Kata mereka, itu sama saja dengan tidak mau melihat ke depan. Kata mereka, itu sama saja dengan hidup di masa lalu, takut untuk melihat hari esok. Tak siap dengan kemajuan. Dan seabrek konotasi negatif lainnya. Namun bagi saya pribadi, persetanlah semua kata orang itu. Tetap saja menghirup sejenak kenangan masa lalu menghasilkan energi mistis. Kadang membuat ketawa setengah meringis. Ingat segala kekonyolan dan cinta monyet. Terkadang memancing tangis. Ingat segala kealpaan dan kesalahan tragis.

Malam ini kenangan itu mengalir seiring dengan alunan lagu ‘Gadis Tersesat’ milik group band fenomenal 90-an : Grass Rock. Terlepas dari segala kehebatan pentolan personil awal group yang terbentuk Mei 1984 ini, ada dua personil yang tidak pernah saya lupakan sampai saat ini. Dua orang itu adalah Edi Kemput (gitar) dan Dayan- Alm- (vokalis). Dua sosok ini sempat membuat saya bermimpi menjadi seorang rocker. Maklumlah, saat itu saya masih berada di kelas dua SMU di Kalimantan sana. Edi Kemput, dengan gaya santainya mampu menghipnotis dengan raungan dan kecepatan jari di setiap kord gitarnya (kalo tidak salah ketika itu doi memiliki gitar berwarna hijau... hmm nampak jantan). Sementara Dayan, menurut saya memiliki karakter vokal yang sangat sulit ditiru oleh para vokalis rocker saat ini. Doi punya suara tinggi dengan tingkat ketebalan (alias serak) yang menggoda. Sangat khas. Ingat saat itu, bersama band rock di SMU, kami harus latihan rata-rata 6 jam sehari hanya untuk mengusung dua lagu mereka : Bulan Sabit, dan Gadis Tersesat. Meskipun rada kedodoran di sana-sini (tentu saja, lha wong perangkat gitar berikut aksesoris yang saya miliki saat itu sangat sederhana, karena tak mampu beli yang berkelas), kami cukup puas karena mampu membawakan dua lagu itu dengan gaya yang dimirip-miripkan Grass Rock. Ini hanya sebagian kecil dari kenangan akan group ini. Saya akan menceritakan satu kenangan tak terlupakan lainnya terkait dengan syair lagu mereka. Lagu yang sangat membekas. Judulnya ya ... Gadis Tersesat tadi. Di bawah ini beberapa bait liriknya yang saya tetap ingat :

Gadis manis terlena
Impian kotor juga, datang kawan baginya,
Badai topan seakan melanda,
Kawan datang membawa bencana

Ramai di sekitarmu
Bingung dan juga pusing
Ada apa disitu, gadis manis terlena
Dalam genggaman arjuna bertaring Drakula

Terang sangat terang
Matamu memandang
Kenyataan itu .. ternyata
Menusuk pinggang ...

Lirik yang sangat dalam menurut saya. Kenangan akan lirik tersebut bermula dari ritual teman-teman satu kelas A3 (dulu khan gak ada istilah IPA dan IPS). Saat itu saya masih kelas 2 SMU di Sukamara, sebuah kota kecil di Kalimantan Tengah. Tepatnya tahun 1992. Setiap kenaikan kelas biasanya teman-teman cowok selalu melakukan semacam ritual melakukan hal-hal yang unik dan menantang. Dan pada tahun itu, kami memutuskan untuk melakukan perjalanan panjang dengan berjalan kaki ke sebuah pantai. Namanya Lunci. Jarak tempuh berjalan kira-kira 12 Jam dari pusat kota. Waktu itu ada sekitar 20 anak yang menyatakan bersedia untuk berpetualang. Saya menjadi inisiator, dan kemudian rumah saya menjadi tempat penampungan teman-teman menginap satu malam sebelum kita berangkat esok paginya. Lalu apa hubungan lagu Gadis Tersesat itu dengan petualangan itu tadi ? sabar sobat ... saya baru akan menceritakannya.

Setelah semua persiapan dipastikan oke, sekitar jam 5 subuh, 20 orang anak SMU itu tadi memulai langkah pertama mereka untuk berjalan sejauh 12 jam. Diperhitungkan apabila kami memulai jalan jam 5 subuh, maka paling tidak jam 5 sore kami akan sampai di Lunci. Saat itu musim hujan. Kami sama sekali tidak mengetahui akan segala bahaya yang bakal kami temui di jalan nanti. Padahal sebelum mencapai bibir pantai, kami harus mengarungi padang pasir seluas 20 KM tanpa perlindungan pohon atau sejenisnya. Apabila hujan tiba, maka padang itu akan berubah menjadi danau. Ular dan makhluk melata akan berpesta pora. Mungkin kaki-kaki kami akan menjadi sasaran empuk taring mereka. Belum lagi sambaran petir karena kami berada di tanah lapang. Ngeri juga kalau diingat-ingat. Namun semua itu luput dari perhatian kami. Entah karena kami bermental baja (hallaaah !), atau semata-mata karena tidak tahu saja (ini alasan sesunguhnya he he he ). Jadilah kami berjalan saja tanpa memikir banyak resiko di perjalanan. Yang pasti saya ingat perjalanan itu sangat diridhoi Tuhan he he he .. tentu saja, hujan tidak turun, cuaca mendung, sehingga kami tidak kepanasan. Tak ada ular. Tak ada petir. Seingat saya, ada dua kali kami harus berhenti dan beristirahat. Sepanjang perjalanan itu, ada satu hal yang tidak pernah saya lupakan hingga hari ini. Ada semangat yang tidak pernah mati untuk terus berjalan dan menikmati setiap meter pamandangan tanah lapang. Energi terus menyala, karena diiringi oleh sebuah lagu yang terus menerus diulang dan diputar melalui tape recorder bermerek Tens yang dibawa oleh Heru, teman akrab saya. Lagu yang terus diputar itu adalah lagu dari group band Grass Rock. Judulnya yaa ... Gadis Tersesat itu tadi ... usut punya usut ... ternyata hanya itu satu-satunya kaset yang dibawa oleh Heru. Albumnya Bulan Sabit. Usut punya usut, Heru ternyata tidak membawa baterai cadangan sebagai energi tape recorder merek Tens nya. Jadi selama 10 jam tape recorder itu terus berbunyi. Sesampai di pantai bisa Anda bayangkan, tape itu tidak mampu lagi mengeluarkan bunyi apa-apa. Baterainya terkuras habis he he he . Namun album Bulan Sabit itu sangat membekas. Di dalamnya ada lagu-lagu hits group band asal Surabaya ini. Gadis Tersesat adalah lagu favorit saya sejak hari itu hingga hari ini. Setiap kali mendengar lirik lagu itu, terbayang wajah almarhum Dayan. Menurut cerita, Dayan sangat puitis setiap kali menulis lirik. Ada kekuatan dalam setiap liriknya. Ambil contoh pesan moral yang tegas disampaikan Gadis Tersesat. Saya mau bercerita sedikit.

Lagu ini bercerita tentang betapa tragisnya dunia yang dialami seorang gadis polos. Segala khayalan keindahan dan ketentraman di kepala sang gadis berbanding terbalik dengan realitas yang ditemuinya. Ada lingkungan pertemanan yang tidak pernah beres (kawan datang membawa bencana). Ada hubungan asmara yang tidak pernah jujur (Arjuna bertaring Drakula). Serta sakitnya kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan (kenyataan menusuk pinggang). Dari ketajaman lirik itu, nampak Dayan berusaha memotret fenomena sosial kehancuran moral di kalangan kaum hawa. Bolehlah dibaca bahwa Dayan tengah mencoba bersimpati dengan para gadis yang selalu menjadi korban atas kotornya dunia. Saya sama sekali tidak ragu akan kemampuan eksplorasi Dayan dalam mencipta lirik. Wajar kalau selepas meninggalnya sang vokalis ini, Grass Rock bagai perahu patah kemudi. Group ini vakum. Hingga hari ini. Bukan Cuma lengkingan suaranya yang sangat berkarakter semata, Dayan menjadi roh group itu dalam menelurkan lirik-lirik bernas. Grass Rock betul-betul kehilangan.

Malam ini kenangan akan kedahsyatan group ini memaksa saya untuk browsing mengarungi dunia maya dengan seabreg kata kunci seperti “dayan”, “grass rock”, “Yudhy bassis Grass Rock”, pokoknya membaca kembali puluhan artikel tentang group ini mampu memanggil kembali memori saya atas kehebatan mereka. Sebuah kehebatan yang mempu memantik energi untuk berjalan selama 12 jam. Bagi saya, group ini boleh saja bubar, tapi beberapa lagunya membuat saya kembali menemukan bahwa tidak selamanya impian dan harapan kita akan disambut positif oleh kenyataan. Itulah logika sederhana dunia. Jadi seperti nada optimis diujung lagu Gadis Tersesat ...

Coba engkau dengarkan
Para ahli berkicau
Beri nasehat jitu,
Agar jalanmu tetap terang .....

Kembali ada nada optimis untuk terus bersenggama dengan dunia. Sekalipun dunia berkali-kali mengkhianati kita ... ahh ... Grass Rock memang telah membongkar kembali memori saya. Malam ini saya telah bernostalgia. Sekalipun orang-orang mengatakan bahwa bernostalgia merupakan sebuah pertanda ketidakmampuan kita melihat masa depan.. atau ketakutan akan masa depan... saya tidak lagi terlalu peduli .... entahlah Anda ......


Juni 2010

4 komentar:

Astrid Damayanti mengatakan...

you've been a band's guitarist...?cool !!!

HanHarsa mengatakan...

he he ... zaman dulu sempat bermimpi mau jadi seperti Eddy Van Halen wuak kkk kk .. tapi terperangkap jadi PNS di UGM ...

Unknown mengatakan...

Tahun 1992 saya masih SD kelas 1 tp karena kakak suka sama lagu2 pop rock akhirnya saya ikut tertular mendengarkan hehehe... salah satu lagu itu ya Gadis Tersesatnya Gressrock ini. Lagu ini sangat keren dan artikel ini mantab...

Unknown mengatakan...

Tahun 1992 saya masih SD kelas 1 tp karena kakak suka sama lagu2 pop rock akhirnya saya ikut tertular mendengarkan hehehe... salah satu lagu itu ya Gadis Tersesatnya Gressrock ini. Lagu ini sangat keren dan artikel ini mantab...